Sabtu, 31 Agustus 2013

Debat Kandidat Bupati-Wakil Bupati Donggala: TIDAK SEMUA SIAP TINGGAL DI DONGGALA



Oleh: Jamrin Abubakar
 Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Donggala dalam debat penajaman visi misi
 
DONGGALA-Tidak semua calon Bupati-Wakil Bupati Donggala menyatakan kesiapan tinggal di Donggala bila terpilih sebagai bupati pada Pemilukada periode 2013-2018. Itu terbukti dalam debat kandidat penajaman visi misi yang berlangsung di DPRD Donggala, Sabtu (31 Agustus 2013) lalu, hanya sebagian kandidat yang secara tegas akan tinggal di Donggala. Padahal isu tersebut telah lama mengemuka dalam masyarakat Donggala agar bupati dan pegawai tinggal di Donggala guna menghidupkan perekonomian, bukan tinggal di Kota Palu.

Di antara pasangan calon bupati-wakil bupati yang menyatakan kesiapan tinggal di Donggala sebagai ibukota kabupaten yaitu Irham T. Maskura-Alfred Kabo (Nomor Urut 1), Kasman Lasa-Vera E. Laruni (Nomor Urut 4) dan Akris Fattah Yunus-Maulidin Labalo (Nomor Urut 6). Sedang lainnya tidak begitu tegas menyatakan kesiapan tinggal di Donggala, seperti pasangan Burhanuddin Lamadjido-Ta’rifin Masuara (Nomor urut 2) tidak begitu menjadikan isu menetap di Donggala dalam perdebatan. Begitu pula Kasmuddin Haludin-Abubakar Aljufri (Nomor urut 7) menyatakan soal pindah itu harus lebih dahulu disiapkan inprastrukturnya dan pemindahan pegawai akan dilakukan secara bertahap, jangan langsung disuruh pindah sementara rumah belum ada. Jadi harus didorong dulu pembangunan sebagai kebijakan manusiawi. 

Tetapi ketidakhadiran calon bupati Anita Bugiswati Nurdin (Nomor urut 8) dalam debat kandidat, maka masyarakat semakin sulit mendapatkan penyataan tentang akan siap menetap atau tidak di Donggala bila terpilih jadi bupati. “Ketidakhadiran calon bupati karena sesuatu dan lain hal,” kata Abdul Chair Mahmud sebagai pasangan Anita B. Nurdin. Cuma saja tidak menjelaskan secara rinci ketidakhadiran calon bupati, namun demikian sejumlah pertanyaan dijawab Abdul Chair secara spontan sekaligus mengungkapkan tentang visinya. Selain itu yang tidak hadir adalah Vera Laruni wakil bupati pendamping Kasman Lasa dengan alasan sakit. Namun demikian secara tegas Kasman menyatakan kalau terpilih akan tinggal di Donggala sebagai bentuk komitmennya agar lebih dekat dengan rakyat. Termasuk seluruh pegawai negeri sipil yang bekerja di Donggala tidak boleh lagi tinggal di Kota Palu, tapi harus berada di Donggala siapapun dia tanpa terkecuali. 

Begitu pula pasangan Akris Fattah Yunus-Maulidin Labalo menyatakan siap tinggal di Donggala. “Insya Allah, kalau saja pada hari ini dilantik sebagai bupati terpilih, maka langsung tinggal di Donggala, begitu pula dengan kepala SKPD akan tinggal di Donggala dan akan memudahkan koordinasi dan evaluasi,” kata Akris. Pasangan Burhanuddin Yado-Idham Pagaluma (Nomor urut 3)  yang gencar dilontarkan selain pendidikan gratis, adalah soal kecaman penggunaan dana untuk mengakut pegawai dari Palu ke Donggala yang selama ini berlangsung. Menurutnya, dana itu sebaiknya digunakan untuk dana pendidikan gratis, termasuki kuliah gratis dan akan melakukan program dakwah dan sadakah untuk kesejahteraan rakyat. Pengalihan dana angkutan itu, maka pengawai tidak boleh lagi tinggal di Palu, tapi harus di Donggala. Sementara pasangan Asgar Ali Djuhaepa-Mohammad Fajar (Nomor Urut 5) dalam debat tersebut selain mendukung pemekaran juga secara tegas memperjuangkan kejayaan kembali pelabuhan Donggala seperti masa lalu.

Sedangkap pasangan Irham T. Maskuran-Alfred Kabo yang cukup ditonjolkan adalah masalah pemekaran Kabupaten Donggala yang mendesak. “Pemekaran adalah harga mati harus dilakukan, tapi kabupaten induk harus kuat dan mandiri lebih dulu dengan menyiapkan PAD yang lebih tinggi,” tegas Alfred Kabo. Perlunya pemakaran itu untuk mempercepat dan mendekatkan pelayanan publik yang lebih baik.

Dalam debat kandidat tersebut dipandu Tasrif Siara (jurnalis) dengan tiga panelis (Moh. Akbar (akademisi), Abdullah Iskandar (akademisi) dan Adha Nadjamuddin (jurnalis). Selain mereka mengajukan pertanyaan pada delapan pasangan, juga masing-masing kandidat saling melontarkan pertanyaan. Sekaligus saling sanggah terhadap jawaban satu dengan lainnya dengan beragam persoalan yang mengemuka terutama masalah peningkatan perekonomian, mengenai tingginya pengangguran, masalah pendidikan, sumber daya manusia, masalah korupsi, industri, pengembangan pelabuhan dan beragam lainnya.

Debat kandidat selama tiga jam lebih itu disiarkan langsung RRI Palu, Radio Suara Donggala dan TVRI Sulteng. Tetapi sayang justru siaran TVRI tidak bisa disaksikan masyarakat Donggala terutama di ibu kota kabupaten atau di Kecamatan Banawa wilayah terbanyak pemilih. Penyebabnya, selama ini siaran yang dapat diakses di Donggala adalah TVRI Pusat, bukan TVRI Sulteng. Justru yang menyaksikan debat kandidat lewat siaran TVRI adalah warga Kota Palu yang nota bene bukan penduduk yang memilih pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Donggala. (JAMRIN AB)