Minggu, 28 Desember 2014

Motif Kain Donggala Dipalsukan


DONGGALA-Sejak lama motif kain sarung atau tenun Donggala banyak dipalsukan pihak luar. Bukan hanya dalam bentuk kain tenun, tapi juga dalam bentuk kain batik dengan mengambil motof kain donggala, sehingga sangat mengkuatirkan suatu saat kekhasan tersebut diakui sebagai milik orang lain. Padahal secara turun-temurun motif sarung Donggala merupakan hasil kreasi orang Kaili yang cukup dikenal ratusan tahun silam sampai sekarang.
Keprihatinan tersebut diungkapkan Ketua DPD HP3KI Kabupaten Donggala, Mohammad Anwar Sado di Donggala, Kamis (11/12). Saat ini sejumlah toko seperti di Thamrin City Jakarta menyediakan kain maupun batik dengan mengambil motof donggala, tapi tidak mengakui kalau berasal dari Sulawesi Tengah. “Karena itu kami sangat mendukung dengan adanya upaya Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi UMKM Provinsi Sulteng telah berupaya mendaftarkan sarung donggala untuk mendapatkan hak paten di Kementerian Hukum dan Perundang-Undangan RI,” kata Anwar Sado.

Kata Anwar, masalah tersebut harus diseriusi pula Pemerintah Kabupaten Donggala agar memberi dukungan untuk mempertahankan motif buya sabe atau kain sarung donggala yang banyak motif. Mendaftarkan untuk memiliki hak paten merupakan salah satu upaya, selain itu perlu dilakukan inventarisasi atau pendokumentasian tentang berbagai motif kain yang asli. Sebab kalau tidak selain motif aslinya semakin kabur, juga akan diakui pihak luar dengan tidak mengakui sebagai karya khas Sulawesi Tengah.

Berdasarkan hasil kajian yang pernah dilakukan Suwati Kartiwa, ahli kain tenun Nusantara tahun 1983 membagi dalam beberapa motif berdasarkan teknik pembuatannya. Di antaranya buya cura, buya bomba, buya subi, kombinasi subi dan bomba, buya bomba kota, buya awi, bunga anyelir dan lainnya. Cuma saja saat ini cenderung mulai kabur dalam pemberian motif yang dilakukan pihak luar ketika mentransformasikan ke dalam bentuk kain batik. “Apalagi adanya upaya yang tidak mengakui sebagai kekhasan dari kain tenun donggala. hal ini tidak bisa dibiarkan, karena hasil kreasi orang-orang tua kita dulu tidak sembarangan dalam melahirkan motif dan itu harus dipertahankan,” kata Anwar Sado. (JAMRIN AB)