Oleh: Zulkifly Pagessa (Inisiator dan Sekretaris panitia Donggala
Heritage)
KOTA
Donggala sejak berabad-abad lampau telah menjadi salah satu melting pot
kebudayaan yang cukup penting, tidak hanya di Pulau Sulawesi namun juga di
Kawasan Indonesia Bagian Timur dan bahkan di Asia Tenggara. Sebagai salah satu
pusat perdagangan dan kota pelabuhan, sejak abad ke-16 Kota Donggala telah
menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru
dunia.
Tercatat
dalam sejarah, disekitar tahun 1500-an kapal dagang dari Spanyol dan Portugis
telah berlabuh di pelabuhan Kota Donggala. Jauh sebelum itu, kapal dagang dari
seluruh Nusantara, kapal Jung dari dataran Cina dan kapal dagang dari Gujarat
dan Parsi juga telah melabuhkan sauhnya di dermaga kota ini.
Di
era kolonial, kota ini juga menjadi sentrum penting perdagangan rempah-rempah
VOC yang menjadikannya salah satu tempat bagi tumbuh-suburnya proses
transkulturasi antar ras dan etnis di Nusantara. Kota yang dulunya adalah
bagian dari wilayah Kerajaan Banawa, salah satu kerajaan besar di Sulawesi
Tengah ini, juga menjadi tempat bertemunya berbagai budaya serta tradisi
kultural di Pulau Sulawesi dan Nusantara. Sejak itu, kota ini menjadi kota
urban dengan masyarakatnya yang multi-kultural.
Peran
penting dan strategis kota ini di Pulau Sulawesi dimasa lampau mewariskan
berbagai situs sejarah dan warisan kota (city heritage) yang tidak ternilai.
Namun situs-situs sejarah dan warisan kultural yang tersebar di seantero Kota
Donggala tersebut tidak mendapat perhatian dan tidak lagi terawat serta
terancam punah. Gudang-gudang kopra, bangunan peninggalan era kolonial dan
berbagai situs sejarah lainnya saat ini dalam kondisi yang sangat
memprihatinkan dan membutuhkan perhatian kita bersama.
Keberagaman
kultur urban dan kekayaan budaya maritim berupa situs, kawasan dan bangunan
bersejarah warisan kota pelabuhan ini adalah milik paling berharga dari
identitas Kota Donggala yang harus dijaga keberadaannya. Memahami hal tersebut,
sejak tahun 2011 yang lalu Dewan Kesenian Donggala telah mendorong lahirnya
sebuah program preservasi dan konservasi terhadap warisan kota yang dimiliki
oleh Kota Donggala. Program yang bertajuk Donggala Heritage ini awalnya adalah
sebuah kerja kebudayaan berupa pendataan dan pendokumentasian warisan kota
Donggala tersebut. Donggala Heritage juga adalah upaya untuk melanjutkan kerja
kreatif kesenian dan kebudayaan yang telah digagas sebelumnya sejak tahun 1999
melalui event Artefak Donggala.
Gagasan
Donggala Heritage ini di inisiasi untuk pertama kalinya pada pelaksanaan
Donggala Festival yang digelar pada tanggal 30 dan 31 Desember 2011 sebagai
gerakan kultural untuk menyelamatkan Warisan Kota Donggala. Pada awal tahun
2015 ini, Dewan Kesenian Donggala kemudian mengembangkan Donggala Heritage
menjadi forum kerja kesenian dan kebudayaan yang melakukan penyelamatan,
preservasi dan konservasi warisan sejarah yang tersisa di Kota Donggala.
Media seni yang diyakini
tidak hanya sebagai tontonan apresiatif tetapi juga menjadi media edukasi dan
penyeru upaya preservasi dan konservasi terhadap Warisan Kota Donggala maka
forum kultural Donggala Heritage ini juga didorong menjadi ruang pendidikan
kultural melalui pertunjukan seni budaya. Mewujudkan pemikiran tersebut, Dewan
Kesenian Donggala kemudian menggagas sebuah independen event yang juga bertajuk
Donggala Heritage. Independen event Donggala Heritage ini dikemas dalam
beberapa kegiatan kreatif dan apresiatif ditengah publik Kota Donggala ini akan
dilaksanakan selama tiga hari, pada tanggal 23, 24 dan 25 Januari 2015
bertempat di Donggala Art Space Jl. Mutiara No. 25 Donggala yang juga adalah
bagian dari kawasan Pelabuhan Donggala.
Selama tiga hari
pelaksanaan event Donggala Heritage ini, akan digelar 4 (empat) materi kegiatan
yaitu :
D’Heritage,
yang mengajak masyarakat Kota Donggala untuk menyaksikan dan mengapresiasi
Pameran Foto Donggala Doeloe, Pameran Buku dan Literatur Sejarah Donggala serta
Peluncuran Donggala Art Space dan Jurnal Budaya Donggala Heritage.
D’Screen,
program ini berupa pemutaran film pendek dan film panjang tempo doeloe yang
pernah menjadi penanda kultural di Kota Donggala. Pemutaran film ini juga
dimaksudkan sebagai upaya membangun kembali ingatan-ingatan tentang situasi
sosial-ekonomi-kultural di Kota Donggala dimasa lampau.
D’Blues,
materi kegiatan ini berupa pertunjukan musik ber-genre Blues diatas panggung sederhana
yang menampilkan para musisi dan group musik dari Kota Donggala dan Kota Palu
serta beberapa wilayah lainnya yang diundang untuk berpartisipasi dan
berkontribusi dalam event ini.
D’Talk,
kegiatan ini berupa focus group discussion yang bertajuk Bicara Kota Kita #3 :
Warisan Kota Donggala. Kegiatan FGD ini adalah serial diskusi Bicara Kota Kita
yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Ikatan Keluarga Arsitektur Tadulako
(IKAT). Pada serial diskusi yang ketiga ini, IKAT bekerjasama Dewan Kesenian
Donggala akan mengundang para narasumber dan stakeholder Kota Donggala untuk
berbicara tentang Warisan Kota Donggala dan masa depan kota pelabuhan ini.
Kami
dari Dewan Kesenian Donggala dan Tim Kerja Donggala Heritage mengajak anda
untuk mengapresiasi dan berkontribusi dalam gerakan kultural ini sebagai bagian
dari upaya penyelamatan, preservasi dan konservasi Warisan Kota Donggala yang
merupakan milik paling berharga masyarakat kota ini dan karenanya harus dijaga
keberadaannya.*