Selasa, 17 Februari 2015

ENGKAU HANYA MENGGARAMI LAUT

Oleh: Jamrin Abubakar


Bila engkau bicara laut
Kamilah anak arus

Bila engkau rindu laut
Kami lahir dari rahim samudra

Bila engkau bicara pelayaran
Kami dibesarkan gelombang

Bila engkau bicara pelabuhan
Kami dalam deburan ombak

Bila engkau bicara dermaga
Itulah benteng raga hidup kami

Bila engkau bicara buruh-buruh bergerak
Itulah darah dan nadi kami

Bila engkau bicara kejayaan
Itulah roh leluhur kami

 Laut menanti kapal
ada rindu menunggu
Ada cinta membenteng

Bila engkau hanya mengobral
Atas nama alur mimpi
seperti stom kapal
terdengar tak terlihat

Itulah engkau
hanya menggarami laut



Donggala, 15 Pebruari 2015

Senin, 16 Februari 2015

SAJAK BUAT KOTA DONGGALA

Oleh: Jamrin Abubakar

Ketika sajak ini kutulis
Kota kita masih tengadah
Di antara apitan bukit-bukit sepi
Jalan berliku menatap masa depan
Mengantar kaki-kaki telanjang dari geladak
Mengendap ke dermaga menyapa peradaban
Wah… betapa menakjubkan!
Ada kebanggaan jati diri, nadi yang berdenyut
Ada cinta yang menggelora
Mendebur

Itu dulu….. kata sejarah
Persahabatan masih bersahaja

Sekarang?
Ada yang terlihat lesu…
nadinya tak berdenyut!
Wajahnya kusam…
Kecuali gelombang tetap bergemuruh
Ombak mendebur ke tepian
seperti menunggu Godot

Ketika sajak ini kubacakan
Kegelisahan mencabik-cabik
Masihkah kota tercinta menyapa?
Masa depan yang tabah
Pergi tinggalkan rindu saja
Masa lalu yang terputus
Dimanakah gerangan?

Ketika sajak ini kutulis
Suara kenangan menjerit
Terperosok peradaban liar
Dari tirai jendela godaan mengintai
Pertarungan di persimpangan jalan
Ada pergulatan jiwa dan kekuasaan
Antara hasrat dan ketakberdayaan
Bercengkram kebimbangan
Berlayar tak kembali
Berlabuh tak pergi

Inilah kita
Meskipun tak punya senjata
Kita masih miliki kata

Meskipun tak didengar
Kita masih miliki rasa

Meskipun tak dibaca
Kita masih miliki cinta

Aku tahu sajak ini tak menarik
Melapuk dan kehilangan daya
Biarlah kucabik-cabik saja
Asal cintamu kembali ke Donggala


23, Januari 2015


Selasa, 27 Januari 2015

Penyelamatan Warisan Donggala dari Area Pecinaan

Oleh: Jamrin Abubakar*

DONGGALA-Puluhan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tadulako (Untad) menghadiri event Donggala Heritage yang dipusatkan di area pecinan kota Donggala. Mahasiswa bersama empat orang dosen (Amar, Rahmad Saleh, Zubair Butudoka dan Fathurahman Mansur) Fakultas Teknik Untad memberi apresiasi terhadap upaya pelestarian warisan budaya berupa bangunan-bangunan tua bernilai sejarah di kota tua Donggala. Hadiri pula anggota DPRD Donggala, Aripuddin Hatba Daemantandu, dosen FISIP UNTAD, Hapri Ika Poigi dan sejumlah pemerhati dan pekerja seni dari Kota Palu.
Kehadiran mahasiswa arsitek di Donggala selain untuk mendengarkan berbagai masalah yang diungkapkan dalam diskusi yang dihadiri berbagai kalangan soal warisan kota, juga diharapkan melihat langsung kondisi arsitektur kota tua Donggala. Secara arsitektur, kota tersebut memiliki gaya  yang khas perpaduan  beberapa langgam bangunan antara gaya Eropa, Arab, Cina dan Nusantara. Meskipun mahasiswa hanya mendengar terhadap yang mengemuka dalam pertemuan, tapi mereka mengapresiasi dan rasa senang dengan hadir di kota tua Donggala.
FGD tentang Donggala Heritage, 23 Januari 2015 di Gedung Tua bekas toko di kawasan pecinaan kota Donggala (foto. Rudiawan)

Berbagai pokok pikiran mengemuka dalam Focus Group Discusion (FGD) untuk menjadi rumusan menjadikan Donggala sebagai kota yang memiliki warisan budaya dalam bentuk arsitektur bernilai sejarah. Menurut Fathurahman Mansur, dosen Fakultas Teknik Untad, pelestarian warisan kota di Donggala dapat dimulai dari kawasan pecinan di sekitar area pelabuhan Donggala, terutama bekas toko Teng Hien, salah satu orang Cina yang memiliki usaha perdagangan zaman dahulu di Donggala. Bangunan yang pernah ditempati Teng Hing merupakan bangunan bernilai sejarah dan gaya arsitektur yang menarik. Selain itu masih ada beberapa bangunan tua berarsitektur lama dengan nilai sejarah yang dapat dipertahankan untuk dijadikan cagar budaya. Terutama bangunan PKKDD (Pusat Koperasi Kopra Daerah Donggala) bentuk silinderis dapat dijadikan cagar budaya. Cuma saja status kepemilikannya sudah berpindah tangan dan fungsi serta sebagian sudah diambang kepunahan, sehingga perlu pelestarian dalam bentuk wadah diberi nama Donggala Heritage Society.
“Kalau ini terbentuk akan bekerja dalam pelestarian yang di dalamnya melibatkan berbagai kalangan dengan beragam latar belakang dimana semua orang memiliki hak untuk memberi sumbangan pikiran dan ikut menjaga sebagai kebanggaan masyarakat Donggala,” ungkap Zulkifly Pagessa salah satu penggagas Donggala Heritage.
Pandangan Amar salah satu dosen arsitek dari UNTAD, mengatakan membicarakan warisan kota tua Donggala tidak bias lepas dari pelabuhannya. Pelabuhan merupakan gerbang kota, ibarat untuk masuk dan mengembangkan kota ini, maka harus lebih dulu mengentuk pintunya, yaitu pelabuhan. Selain itu, kata Amar membangun kota Donggala untuk pengembangan, harus dengan tetap mempertahankan kekhasan kawasan pelabuhan. “Dalam merancang Donggala ke depan kaitannya dengan pengembangan wisata, sangat wajar kalau dibagi dalam kawasan Donggala kota lama dan Donggala kota baru. Tinggalan lama seharusnya memang dipertahankan yang berkaitan dengan wisata, “ kata Amar.
Padangan Zubair Butudoka, juga arsitek tak kalah tegasnya mengatakan membangun suatu kota tidak bisa dipaksakan dengan memasukkan suatu gagasan atau bentuk bangunan dari luar. Harus tetap berdasarkan karakter dan kebutuhan masyarakat sebuah kota yang betul-betul menjadi ciri atau sebagai identitas dan Donggala memiliki kekhasan sendiri.
Berkaitan dengan soal pelabuhan juga mengemuka dalam FGD Donggala Heritage dilontarkan Fathurahman Mansur. Yaitu berkaitan adanya rencana Pemkab Donggala yang akan membangun terminal penumpang di pelabuhan Donggala dengan menggusur bangunan tua yang saat ini menjadi secretariat Dewan Kesenian Donggala. “Apakah memang terminal itu dibutuhkan mendesak atau sudah ada kepastian jenis kapal apa saja yang akan berlabuh? Kalau saja memang kapasitas penumpang tidak begitu banyak, kenapa mesti membangun, padahal ada beberapa bangunan bisa digunakan untuk itu, “kata Fathurahman.*

 (* Penulis seorang peminat sejarah dan budaya tinggal di Donggala)





Rabu, 14 Januari 2015

DONGGALA HERITAGE: SELAMATKAN WARISAN BUDAYA DAN SEJARAH



Oleh: Zulkifly Pagessa (Inisiator dan Sekretaris panitia Donggala Heritage) 

KOTA Donggala sejak berabad-abad lampau telah menjadi salah satu melting pot kebudayaan yang cukup penting, tidak hanya di Pulau Sulawesi namun juga di Kawasan Indonesia Bagian Timur dan bahkan di Asia Tenggara. Sebagai salah satu pusat perdagangan dan kota pelabuhan, sejak abad ke-16 Kota Donggala telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. 
Tercatat dalam sejarah, disekitar tahun 1500-an kapal dagang dari Spanyol dan Portugis telah berlabuh di pelabuhan Kota Donggala. Jauh sebelum itu, kapal dagang dari seluruh Nusantara, kapal Jung dari dataran Cina dan kapal dagang dari Gujarat dan Parsi juga telah melabuhkan sauhnya di dermaga kota ini.
Di era kolonial, kota ini juga menjadi sentrum penting perdagangan rempah-rempah VOC yang menjadikannya salah satu tempat bagi tumbuh-suburnya proses transkulturasi antar ras dan etnis di Nusantara. Kota yang dulunya adalah bagian dari wilayah Kerajaan Banawa, salah satu kerajaan besar di Sulawesi Tengah ini, juga menjadi tempat bertemunya berbagai budaya serta tradisi kultural di Pulau Sulawesi dan Nusantara. Sejak itu, kota ini menjadi kota urban dengan masyarakatnya yang multi-kultural.
Peran penting dan strategis kota ini di Pulau Sulawesi dimasa lampau mewariskan berbagai situs sejarah dan warisan kota (city heritage) yang tidak ternilai. Namun situs-situs sejarah dan warisan kultural yang tersebar di seantero Kota Donggala tersebut tidak mendapat perhatian dan tidak lagi terawat serta terancam punah. Gudang-gudang kopra, bangunan peninggalan era kolonial dan berbagai situs sejarah lainnya saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian kita bersama.
Keberagaman kultur urban dan kekayaan budaya maritim berupa situs, kawasan dan bangunan bersejarah warisan kota pelabuhan ini adalah milik paling berharga dari identitas Kota Donggala yang harus dijaga keberadaannya. Memahami hal tersebut, sejak tahun 2011 yang lalu Dewan Kesenian Donggala telah mendorong lahirnya sebuah program preservasi dan konservasi terhadap warisan kota yang dimiliki oleh Kota Donggala. Program yang bertajuk Donggala Heritage ini awalnya adalah sebuah kerja kebudayaan berupa pendataan dan pendokumentasian warisan kota Donggala tersebut. Donggala Heritage juga adalah upaya untuk melanjutkan kerja kreatif kesenian dan kebudayaan yang telah digagas sebelumnya sejak tahun 1999 melalui event Artefak Donggala.
Gagasan Donggala Heritage ini di inisiasi untuk pertama kalinya pada pelaksanaan Donggala Festival yang digelar pada tanggal 30 dan 31 Desember 2011 sebagai gerakan kultural untuk menyelamatkan Warisan Kota Donggala. Pada awal tahun 2015 ini, Dewan Kesenian Donggala kemudian mengembangkan Donggala Heritage menjadi forum kerja kesenian dan kebudayaan yang melakukan penyelamatan, preservasi dan konservasi warisan sejarah yang tersisa di Kota Donggala.
Media seni yang diyakini tidak hanya sebagai tontonan apresiatif tetapi juga menjadi media edukasi dan penyeru upaya preservasi dan konservasi terhadap Warisan Kota Donggala maka forum kultural Donggala Heritage ini juga didorong menjadi ruang pendidikan kultural melalui pertunjukan seni budaya. Mewujudkan pemikiran tersebut, Dewan Kesenian Donggala kemudian menggagas sebuah independen event yang juga bertajuk Donggala Heritage. Independen event Donggala Heritage ini dikemas dalam beberapa kegiatan kreatif dan apresiatif ditengah publik Kota Donggala ini akan dilaksanakan selama tiga hari, pada tanggal 23, 24 dan 25 Januari 2015 bertempat di Donggala Art Space Jl. Mutiara No. 25 Donggala yang juga adalah bagian dari kawasan Pelabuhan Donggala.
Selama tiga hari pelaksanaan event Donggala Heritage ini, akan digelar 4 (empat) materi kegiatan yaitu :

D’Heritage, yang mengajak masyarakat Kota Donggala untuk menyaksikan dan mengapresiasi Pameran Foto Donggala Doeloe, Pameran Buku dan Literatur Sejarah Donggala serta Peluncuran Donggala Art Space dan Jurnal Budaya Donggala Heritage.
D’Screen, program ini berupa pemutaran film pendek dan film panjang tempo doeloe yang pernah menjadi penanda kultural di Kota Donggala. Pemutaran film ini juga dimaksudkan sebagai upaya membangun kembali ingatan-ingatan tentang situasi sosial-ekonomi-kultural di Kota Donggala dimasa lampau.
D’Blues, materi kegiatan ini berupa pertunjukan musik ber-genre Blues diatas panggung sederhana yang menampilkan para musisi dan group musik dari Kota Donggala dan Kota Palu serta beberapa wilayah lainnya yang diundang untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam event ini.
D’Talk, kegiatan ini berupa focus group discussion yang bertajuk Bicara Kota Kita #3 : Warisan Kota Donggala. Kegiatan FGD ini adalah serial diskusi Bicara Kota Kita yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Ikatan Keluarga Arsitektur Tadulako (IKAT). Pada serial diskusi yang ketiga ini, IKAT bekerjasama Dewan Kesenian Donggala akan mengundang para narasumber dan stakeholder Kota Donggala untuk berbicara tentang Warisan Kota Donggala dan masa depan kota pelabuhan ini.
Kami dari Dewan Kesenian Donggala dan Tim Kerja Donggala Heritage mengajak anda untuk mengapresiasi dan berkontribusi dalam gerakan kultural ini sebagai bagian dari upaya penyelamatan, preservasi dan konservasi Warisan Kota Donggala yang merupakan milik paling berharga masyarakat kota ini dan karenanya harus dijaga keberadaannya.*