Senin, 16 Februari 2015

SAJAK BUAT KOTA DONGGALA

Oleh: Jamrin Abubakar

Ketika sajak ini kutulis
Kota kita masih tengadah
Di antara apitan bukit-bukit sepi
Jalan berliku menatap masa depan
Mengantar kaki-kaki telanjang dari geladak
Mengendap ke dermaga menyapa peradaban
Wah… betapa menakjubkan!
Ada kebanggaan jati diri, nadi yang berdenyut
Ada cinta yang menggelora
Mendebur

Itu dulu….. kata sejarah
Persahabatan masih bersahaja

Sekarang?
Ada yang terlihat lesu…
nadinya tak berdenyut!
Wajahnya kusam…
Kecuali gelombang tetap bergemuruh
Ombak mendebur ke tepian
seperti menunggu Godot

Ketika sajak ini kubacakan
Kegelisahan mencabik-cabik
Masihkah kota tercinta menyapa?
Masa depan yang tabah
Pergi tinggalkan rindu saja
Masa lalu yang terputus
Dimanakah gerangan?

Ketika sajak ini kutulis
Suara kenangan menjerit
Terperosok peradaban liar
Dari tirai jendela godaan mengintai
Pertarungan di persimpangan jalan
Ada pergulatan jiwa dan kekuasaan
Antara hasrat dan ketakberdayaan
Bercengkram kebimbangan
Berlayar tak kembali
Berlabuh tak pergi

Inilah kita
Meskipun tak punya senjata
Kita masih miliki kata

Meskipun tak didengar
Kita masih miliki rasa

Meskipun tak dibaca
Kita masih miliki cinta

Aku tahu sajak ini tak menarik
Melapuk dan kehilangan daya
Biarlah kucabik-cabik saja
Asal cintamu kembali ke Donggala


23, Januari 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar